Sabtu, 23 Januari 2016

059


“Mengapa saya begitu dungu sehingga tidak mengenali insan suci dan bijak?”

Pengrajin tembikar menyadari bahwa dia tidak memiliki kemampuan untuk memakamkan jasad insan suci secara terhormat, maka itu dia pergi menghadap raja, memohon untuk mengadakan upacara perkabungan bagi insan suci tersebut.

Raja yang mendengar bahwa ada seorang suciwan besar yang wafat dalam kondisi sedemikian rupa, segera memerintahkan para pejabat dan para dayang istana, seluruh penduduk kota baik kalangan atas maupun biasa, melakukan upacara perabuan jasad suciwan lalu membangun stupa menyimpan relikNya.

Pengrajin tembikar membuat guci berwarna keemasan, yang berisi abu suciwan, sesuai dengan kemampuan sendiri membangun stupa di empat penjuru, bahkan mengikrarkan tekad : “Saya telah melakukan karma buruk berat yang bisa menyebabkan jatuh ke Neraka Avici, semoga takkan karena dosa ini sehingga saya harus jatuh ke Neraka; semoga jasa kebajikan dari persembahan ini, pada masa kelahiran mendatang, dapat bertemu dengan Maha Guru nan sempurna, memperoleh bimbinganNya secara langsung, takkan merasa lelah dan jenuh, mencapai kemampuan gaib yang bebas tanpa rintangan yang serupa dengan Yang Ariya”.