Selasa, 26 Januari 2016

100


Mendengar wejangan dari sesepuh, penduduk dusun bukan saja tidak percaya malah semakin bertambah pandangan sesatnya, pikiran jahat yang tiada hentinya”.

Buddha Sakyamuni melanjutkan membabarkan : “Pada kehidupan lampau putri sesepuh itu, sekarang adalah putra mahkota Ding Ji. Para penduduk dusun yang berpandangan sesat, sekarang adalah penduduk Kota Shengyin. Sedangkan dua orang sesepuh yang menasehati penduduk dusun agar tidak melakukan karma buruk, sekarang adalah Li Yi dan Chu Huan, dua pejabat setia.

Oleh karena perbuatan baik mereka pada masa kelahiran lampau, yang menasehati penduduk dusun, sehingga sekarang dapat terhindar dari bencana, tidak mati tertimpa tanah.  Abang putri yang sulit menikah tersebut, yang mendengar cerita adiknya menyiram kotoran ke tubuh Bhikkhu, lalu tertawa, sekarang adalah Mahakatyayana”

Buddha Sakyamuni melanjutkan lagi membabarkan : “Para Bhikkhu! Mahakatyayana pada masa kehidupan lampau mendengar cerita adiknya menyiram kotoran ke tubuh anggota Sangha lalu tertawa, menanam benih karma buruk “Ikut bersukacita melihat kejahatan”, sehingga pada kehidupan sekarang masih saja harus tertimpa tanah; andaikata dia tidak meninggalkan keduniawian dan mencapai Arahat, maka hari ini